Aku mengenalnya sebagai cewek yang cuek, cenderung tidak peduli. mskipun begitu, kesan pemalu tetap bisa kutangkap dari sikapnya yang kaku. pertama kali melihatnya saat dia datang di acara buka bersama yang diadakan oleh departemen fakultasku. dia datang bersama salah satu temanku yang ku kenal baik. merasa canggung untuk menyapanya, akhirnya kuberanikan diri untuk bertanya pada temanku yang datang bersamanya tadi, Farah.
Dari Farah akhirnya aku tahu namanya, Nadia. pun akhirnya kudapatkan pula nomor ponselnya. tapi hanya bisa kusimpan saja, tanpa berani mengutak-atiknya. karena di mataku, dia masih tetap cuek. secuek dulu . . . .
Hingga akhirnya dia mengirimiku pesan singkat berisi ucapan selamat menjelang wisudaku. sejak itu aku mulai berani meng-SMS-nya. bahkan menjemputnya pulang sekolah hingga mengajaknya keluar sekedar jalan-jalan. sering pula dia mengeluh padaku. entah itu suntuk, bosan, dan yang lainnya.
Keberanian itu ku tumbuhkan lagi. keberanian untuk mengenalnya, untuk dekat dengannya. aku tak peduli apapun pandangan orang terhadap kedekatan ini. aku hanya merasa senang setiap kali kulihat senyumnya yang mengembang, setiap kali kudengar tawanya yang berderai. aku hanya perlu mengumpulkan satu keberanian lagi. keberanian yang jauh lebih rumit. keberanian untuk berkata 'Nadia, aku sayang kamu . . . . '
Tidak ada komentar:
Posting Komentar