Selasa, 25 Mei 2010
mutiara terpendam
Entah harus darimana harus kumulai cinta, jika kata-kata menjadi begitu hambar dan kering maknanya. Sementara kaupun tahu cinta adalah makna yang tak perlu diungkapkan melalui kata-kata, sebab kata-kata selalu menyempitkan makna, selalu ada kerancuan dalam kata, selalu ada ambiguitas, maka biarlah cinta ini mengalir tanpa kata dan biarlah kerinduan ini tetap membisu dalam kalbu. Jika yang datang dari hati akan sampai ke hati yang lain. Barngkali kita hanya perlu memandang, sebab hanya dari dua bola mata itui kita bisa melihat kejujuran dan mendengarkan kejernihan hati kita. Barngkali cinta memang tak harus diungkapkan. Tapi, bagaimana cinta itu bisa dinikmati , jika hanya dipendam sendiri. Barangkali aku memang pengecut, aku telalu takut mimpi-mimpi tentangmu akan buyar dalam sekejap, saat kau bilang "tidak". Aku barangkali hanya seorang pemimpi, karena sampai sekarangpun aku masih tenggelam dalam mimpi-mimpi yang sama seperti mimpi-mimpi bulan lalu, dan mimpi-mimpi itu, tentu saja tentangmu.
Selasa, 18 Mei 2010
NADIA (yang tak pernah terpikirkan)
Aku mengenalnya sebagai cewek yang cuek, cenderung tidak peduli. mskipun begitu, kesan pemalu tetap bisa kutangkap dari sikapnya yang kaku. pertama kali melihatnya saat dia datang di acara buka bersama yang diadakan oleh departemen fakultasku. dia datang bersama salah satu temanku yang ku kenal baik. merasa canggung untuk menyapanya, akhirnya kuberanikan diri untuk bertanya pada temanku yang datang bersamanya tadi, Farah.
Dari Farah akhirnya aku tahu namanya, Nadia. pun akhirnya kudapatkan pula nomor ponselnya. tapi hanya bisa kusimpan saja, tanpa berani mengutak-atiknya. karena di mataku, dia masih tetap cuek. secuek dulu . . . .
Hingga akhirnya dia mengirimiku pesan singkat berisi ucapan selamat menjelang wisudaku. sejak itu aku mulai berani meng-SMS-nya. bahkan menjemputnya pulang sekolah hingga mengajaknya keluar sekedar jalan-jalan. sering pula dia mengeluh padaku. entah itu suntuk, bosan, dan yang lainnya.
Keberanian itu ku tumbuhkan lagi. keberanian untuk mengenalnya, untuk dekat dengannya. aku tak peduli apapun pandangan orang terhadap kedekatan ini. aku hanya merasa senang setiap kali kulihat senyumnya yang mengembang, setiap kali kudengar tawanya yang berderai. aku hanya perlu mengumpulkan satu keberanian lagi. keberanian yang jauh lebih rumit. keberanian untuk berkata 'Nadia, aku sayang kamu . . . . '
Dari Farah akhirnya aku tahu namanya, Nadia. pun akhirnya kudapatkan pula nomor ponselnya. tapi hanya bisa kusimpan saja, tanpa berani mengutak-atiknya. karena di mataku, dia masih tetap cuek. secuek dulu . . . .
Hingga akhirnya dia mengirimiku pesan singkat berisi ucapan selamat menjelang wisudaku. sejak itu aku mulai berani meng-SMS-nya. bahkan menjemputnya pulang sekolah hingga mengajaknya keluar sekedar jalan-jalan. sering pula dia mengeluh padaku. entah itu suntuk, bosan, dan yang lainnya.
Keberanian itu ku tumbuhkan lagi. keberanian untuk mengenalnya, untuk dekat dengannya. aku tak peduli apapun pandangan orang terhadap kedekatan ini. aku hanya merasa senang setiap kali kulihat senyumnya yang mengembang, setiap kali kudengar tawanya yang berderai. aku hanya perlu mengumpulkan satu keberanian lagi. keberanian yang jauh lebih rumit. keberanian untuk berkata 'Nadia, aku sayang kamu . . . . '
Langganan:
Postingan (Atom)