ada sesuatu yang menusuk hatiku setiap kali kurasakan perbedaan antara aku dan sekitarku.
mengapa aku tak bisa menahan tangisku ketika keraguan mulai menghantuiku.
tak ada lagi perasaan nyaman di sela-sela detik yang berlalu perlahan beranjak dari kehidupanku.
bukan hal yang baru.
tapi membuatku begitu meragukan ada-ku.
adakah yang salah dengan jalanku.
atau hanya aku yang tak tahu benar salahku.
semuanya tampak begitu samar, sesamar langit yang membiru.
tampak begitu dingin, sedingin laut yang membeku.
dan yang tersisa hanya sebuah pertanyaan yang merangkak pelan.....
sepelan sisa-sisa detak jentungku.
dhima's voice
sebuah ungkapan dari perasaan yang terpendam jauh, di sudut terkelam.....
Rabu, 25 Agustus 2010
Selasa, 25 Mei 2010
mutiara terpendam
Entah harus darimana harus kumulai cinta, jika kata-kata menjadi begitu hambar dan kering maknanya. Sementara kaupun tahu cinta adalah makna yang tak perlu diungkapkan melalui kata-kata, sebab kata-kata selalu menyempitkan makna, selalu ada kerancuan dalam kata, selalu ada ambiguitas, maka biarlah cinta ini mengalir tanpa kata dan biarlah kerinduan ini tetap membisu dalam kalbu. Jika yang datang dari hati akan sampai ke hati yang lain. Barngkali kita hanya perlu memandang, sebab hanya dari dua bola mata itui kita bisa melihat kejujuran dan mendengarkan kejernihan hati kita. Barngkali cinta memang tak harus diungkapkan. Tapi, bagaimana cinta itu bisa dinikmati , jika hanya dipendam sendiri. Barangkali aku memang pengecut, aku telalu takut mimpi-mimpi tentangmu akan buyar dalam sekejap, saat kau bilang "tidak". Aku barangkali hanya seorang pemimpi, karena sampai sekarangpun aku masih tenggelam dalam mimpi-mimpi yang sama seperti mimpi-mimpi bulan lalu, dan mimpi-mimpi itu, tentu saja tentangmu.
Selasa, 18 Mei 2010
NADIA (yang tak pernah terpikirkan)
Aku mengenalnya sebagai cewek yang cuek, cenderung tidak peduli. mskipun begitu, kesan pemalu tetap bisa kutangkap dari sikapnya yang kaku. pertama kali melihatnya saat dia datang di acara buka bersama yang diadakan oleh departemen fakultasku. dia datang bersama salah satu temanku yang ku kenal baik. merasa canggung untuk menyapanya, akhirnya kuberanikan diri untuk bertanya pada temanku yang datang bersamanya tadi, Farah.
Dari Farah akhirnya aku tahu namanya, Nadia. pun akhirnya kudapatkan pula nomor ponselnya. tapi hanya bisa kusimpan saja, tanpa berani mengutak-atiknya. karena di mataku, dia masih tetap cuek. secuek dulu . . . .
Hingga akhirnya dia mengirimiku pesan singkat berisi ucapan selamat menjelang wisudaku. sejak itu aku mulai berani meng-SMS-nya. bahkan menjemputnya pulang sekolah hingga mengajaknya keluar sekedar jalan-jalan. sering pula dia mengeluh padaku. entah itu suntuk, bosan, dan yang lainnya.
Keberanian itu ku tumbuhkan lagi. keberanian untuk mengenalnya, untuk dekat dengannya. aku tak peduli apapun pandangan orang terhadap kedekatan ini. aku hanya merasa senang setiap kali kulihat senyumnya yang mengembang, setiap kali kudengar tawanya yang berderai. aku hanya perlu mengumpulkan satu keberanian lagi. keberanian yang jauh lebih rumit. keberanian untuk berkata 'Nadia, aku sayang kamu . . . . '
Dari Farah akhirnya aku tahu namanya, Nadia. pun akhirnya kudapatkan pula nomor ponselnya. tapi hanya bisa kusimpan saja, tanpa berani mengutak-atiknya. karena di mataku, dia masih tetap cuek. secuek dulu . . . .
Hingga akhirnya dia mengirimiku pesan singkat berisi ucapan selamat menjelang wisudaku. sejak itu aku mulai berani meng-SMS-nya. bahkan menjemputnya pulang sekolah hingga mengajaknya keluar sekedar jalan-jalan. sering pula dia mengeluh padaku. entah itu suntuk, bosan, dan yang lainnya.
Keberanian itu ku tumbuhkan lagi. keberanian untuk mengenalnya, untuk dekat dengannya. aku tak peduli apapun pandangan orang terhadap kedekatan ini. aku hanya merasa senang setiap kali kulihat senyumnya yang mengembang, setiap kali kudengar tawanya yang berderai. aku hanya perlu mengumpulkan satu keberanian lagi. keberanian yang jauh lebih rumit. keberanian untuk berkata 'Nadia, aku sayang kamu . . . . '
Jumat, 23 April 2010
sempurna
semuanya tampak begitu sempurna
keindahan yang sempurna
kebahagiaan yang sempurna
kesempatan yang sempurna
tertulis indah dengan tinta emas yang berkilau sempurna
begitu pun denganku
kesendirianku saat ini begitu sempurna
kesepianku saat ini begitu sempurna
kesakitanku saat ini begitu sempurna
tangisanku saat ini begitu sempurna
lukaku saat ini begitu sempurna
lelahku saat ini begitu sempurna
bahkan keputusasaanku saat ini begitu sempurna
hanya satu yang belum ku raih
kematianku sampai saat ini
belum juga bisa sempurna
keindahan yang sempurna
kebahagiaan yang sempurna
kesempatan yang sempurna
tertulis indah dengan tinta emas yang berkilau sempurna
begitu pun denganku
kesendirianku saat ini begitu sempurna
kesepianku saat ini begitu sempurna
kesakitanku saat ini begitu sempurna
tangisanku saat ini begitu sempurna
lukaku saat ini begitu sempurna
lelahku saat ini begitu sempurna
bahkan keputusasaanku saat ini begitu sempurna
hanya satu yang belum ku raih
kematianku sampai saat ini
belum juga bisa sempurna
Kamis, 22 April 2010
dengarkan, sebentar saja . . . .
bolehkan aku bertanya
tentang sisi hati yang begitu sepi
apakah ia tak punya cinta?
ataukah cinta belum menemukannya?
dan jika dibolehkan ku bertanya
tentang sebuah harap yang masih bisu
apakah ia tak temukan jalannya?
ataukah cahaya belum menghampirinya?
aku terpuruk saat hatiku tersudut
sendiri meratapi sunyi yang menyiksa
padahal aku tak ingin
tapi luka ini terus menerus melebar
lalu sedikit demi sedikit
rasa sakit itu tak lagi terasa perihnya
karena lukaku yang tak pernah tertutup
memaksaku untuk bertahan
walau dengan tangan yang pincang
meski dengan kaki yang timpang
terpaksa ku harus terus tegar
hingga nanti datang saatnya
nyawaku terlepas perlahan dari raga
bersama semua luka yang tersisa
tentang sisi hati yang begitu sepi
apakah ia tak punya cinta?
ataukah cinta belum menemukannya?
dan jika dibolehkan ku bertanya
tentang sebuah harap yang masih bisu
apakah ia tak temukan jalannya?
ataukah cahaya belum menghampirinya?
aku terpuruk saat hatiku tersudut
sendiri meratapi sunyi yang menyiksa
padahal aku tak ingin
tapi luka ini terus menerus melebar
lalu sedikit demi sedikit
rasa sakit itu tak lagi terasa perihnya
karena lukaku yang tak pernah tertutup
memaksaku untuk bertahan
walau dengan tangan yang pincang
meski dengan kaki yang timpang
terpaksa ku harus terus tegar
hingga nanti datang saatnya
nyawaku terlepas perlahan dari raga
bersama semua luka yang tersisa
jika ku inginkan kau
jika malam ini gelap tak berbintang
ku ingin kau yang menyinarinya
jika malam ini purnama tak datang
ku ingin kau yang meneranginya
jika esok mendung memenuhi langit pagi
ku ingin kau yang menyapunya
jika esok awan halangi sinar mentari
ku ingin kau yang menghalaunya
jika nanti aku harus jatuh cinta
ku ingin kau yang menerimanya
jika nanti ku rasakan rindu yang menyiksa
ku ingin kau yang mengobatinya
dan jika nanti tiba saatnya
harus ku relakan hatiku untuk selamanya
mengabdi atas nama cinta
ku ingin kau yang menjadi tuannya
ku ingin kau yang menyinarinya
jika malam ini purnama tak datang
ku ingin kau yang meneranginya
jika esok mendung memenuhi langit pagi
ku ingin kau yang menyapunya
jika esok awan halangi sinar mentari
ku ingin kau yang menghalaunya
jika nanti aku harus jatuh cinta
ku ingin kau yang menerimanya
jika nanti ku rasakan rindu yang menyiksa
ku ingin kau yang mengobatinya
dan jika nanti tiba saatnya
harus ku relakan hatiku untuk selamanya
mengabdi atas nama cinta
ku ingin kau yang menjadi tuannya
Selasa, 20 April 2010
sebaris rindu
sebaris kerinduan
menorehkan kisah di atas lembaran kasih
jiwa yang sunyi
menyanyi lirih di antara rimbunan perdu
memanggil-manggil, melambai-lambai
kabar tersiar dari burung camar
terbang, dibawa angin berhembus
hingga jauh ke negeri seberang
sebaris kerinduan
meninggalkan jejak di tanah-tanah taman cinta
jiwa yang kelu
tersaput kabut beku di cendawan kelabu
merintih, menyapu galau dalam perih
menatap langit dan bertanya
kapankah sebaris kerinduan ini
'kan terhapus oleh sentuhan dalam cinta
sebaris kerinduan
tertulis untuknya yang terkasih
oleh hati yang menangis, letih
menorehkan kisah di atas lembaran kasih
jiwa yang sunyi
menyanyi lirih di antara rimbunan perdu
memanggil-manggil, melambai-lambai
kabar tersiar dari burung camar
terbang, dibawa angin berhembus
hingga jauh ke negeri seberang
sebaris kerinduan
meninggalkan jejak di tanah-tanah taman cinta
jiwa yang kelu
tersaput kabut beku di cendawan kelabu
merintih, menyapu galau dalam perih
menatap langit dan bertanya
kapankah sebaris kerinduan ini
'kan terhapus oleh sentuhan dalam cinta
sebaris kerinduan
tertulis untuknya yang terkasih
oleh hati yang menangis, letih
Langganan:
Postingan (Atom)